Tuesday, May 24, 2011

Semoga Tidak

Semoga tidak ada yang berubah
Aku tak ingin bermain api


Semoga tetap sama
Hanya ada kamu, aku, dan kita


Cukup aku tergoda
Semoga tak sampai berdosa


Semoga selalu bisa terjaga
Tak ingin hilang secuil pun


Pegang janjiku, aku terlalu takut berdiri sendiri
Aku berbakat jadi pezinah
Baru ku sadari
Jaga aku; Jaga kita




Catatan Kecil : Ini ketakutanku akan kemungkinan berakhirnya kita. Ketakutanku bahwa semua karenaku. Aku salah [?] IYA. Maka hukum aku lalu hentikan permainanku. Kita bukanlah kita jika tanpamu.

Friday, May 6, 2011

Ruang Rasa

Terngiang kalimat-kalimat yang meluncur dari laki-laki itu satu persatu. Ia mendesah lama. Benar-benar kata-kata yang sungguh ia kenal. Kata-kata lelaki itu.
  • *     *
Sejak semula ia tahu, di antara ia dan lelaki itu ada rasa yang lebih dari sekedar teman bercerita. Tapi tetap ia tidak berani mengucapkan sepatah kata. Tentu saja, perempuan itu tersenyum, aku begitu terbelenggu dengan norma, sehingga kutelan saja semua asa. Ia memutuskan menjadi perempuan biasa, yang melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Menunggu.
Dan menunggu sungguh membuat waktu begitu jemu. Tetap, perempuan itu masih melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
Hingga tiba suatu masa, ketika menunggu menjadi sesuatu yang lama, tapi tak jua lelaki itu beranjak dari ruang ceritanya. Tidak juga ada kata berlebih atau sinyal berbeda. Semua masih sama.
Ia mulai lelah. Rasa itu kemudian menjadi lupa, terkikis oleh masa dan hilang menguap begitu saja.
Ia beranjak untuk melangkah. Dan memutuskan ruang ceritanya. Cerita lelaki itu dengan dia.
  • *     *
Perempuan itu terpekur. Kenapa baru datang saat ini?
Terngiang sekali lagi pertanyaan-pertanyaan yang seolah bertubi-tubi datang padanya.

Tidakkah kau rindu padaku?

Hatinya mencelos. Aku perempuan, haruskah begitu jelas memperlihatkan perasaanku?
 Hanya Tuhan yang tahu berapa malam dia tergugu semenjak ia meninggalkan laki-laki itu di bandara.

Tidakkah kau merasa kehilangan aku selama ini.?

Ia menarik napas panjang. Sekali. Dua kali. Mencoba mengumpulkan kekuatan.
 Perempuan itu memandang meja kayu di seberang tempat tidurnya. Beratus-ratus undangan berwarna merah muda dengan namanya tercetak dengan jelas. Siap untuk diedarkan.  
Kau bertanya padaku arti kehilangan. Ia berbisik dalam hati “Bagaimana bisa aku merasa kehilangan jika sesungguhnya aku tidak pernah memiliki?


*Catatan N. Grasiaswati - April, 2011*

Wednesday, May 4, 2011

3 Mei 2011 : Malam Mesum yang Menyenangkan

It's blogging tiiimmmeee . . . . . :D :D


Huahh...cerita darimana dulu yak? OK, karena judulnya mesum maka saya mulai dari kemesuman yg saya mulai hari ini.

Seharian setelah pulang kuliah ini, saya twitteran terus gak pake jeda (ya sholat, mandi, tapi gak pke sign out dri twitter). Entah kenapa setelah ke-bad mood-an yg muncul tadi sore, otak saya jadi makin gak bener. Yang biasanya keranjingan bikin twit yang isinya sajak cinta, kangen, patah hati, tadi saya kepikiran untuk bikin sajak saru. Yeap, SARU. Sajak yang mesum, menjurus ke dunia seks, hubungan badan lelaki dan perempuan. Padahal sumpah, saya gak pernah bisa bikin tulisan kayak gitu awalnya. Tapi malam ini, saya gatal pengen nyoba. Bisa gak sih?

Daaaann...GAGAL sodara2...setelah saya baca-baca lagi, kalimat-kalimatnya gak bisa bikin romantis terangsang. Memang ada sih beberapa yang di-RT follower saya, cuma kalau sayanya gak terpuaskan, gak bisa orgasme gitu, berarti ya memang harus ada yang diperbaiki.

God, damn, i love writing..!! Huehueheuhehe :)

Trus2...karena saya penasaran banget gimana caranya bikin sajak saru yang menggigit, bikin napsu, tapi tetap bertata krama (hayoo..gimana itu bentuknya..?) akhirnya saya cari2 lah akun yang biasa ngtwit tulisan2 macam itu. Sampai akhirnya saya ingat ada akun @bbintangb. 

Yang bikin saya kagum, admin dibalik akun @bbintangb itu masih remaja. Kelahiran 1995, which is umurnya masih belum mencukupi (17thn aja blom) dan harusnya sih saru banget untuk ngomongin hal2 berbau seks gitu. But, yeah..ini faktanya. Dia canggih banget...!! Karena gak tahan, ya saya follow aja..huehuehuehue

Ternyata eh ternyata...anaknya asik banget dan kami sempat ngobrol bentar lewat fasilitas reply twitter. Tukar ilmu juga (sebenernya dia yang 100% ngasih ilmu ke saya), gimana caranya nulis sajak saru yg manis dan nendang kayak yg dia lakuin itu. Intinya adalah banyak2 membaca bacaan yang menunjang tulisan kita. Dan ya ini bedanya, saya kebanyakan baca buku2 romansa dan puisi2 manis, sedangkan si Bintang ini banyak baca tulisan frontal dan elegannya Djenar sama Ayu Utami. Keliatan lah di sini kalo kita beda latar belakang :)

Biar bisa liat perbedaan kasta kami di bidang sajak saru, baca tulisan2 di bawah ya :D
Memandangmu saja membuat jantungku bergolak. Menyentuhmu, aku mati terbunuh nafsu
Selimut tak mampu membuatku berkeringat. Hanya tubuhmu yang berderak bersamaku, mampu membuatku terbujur kaku. Mati kelelahan
Yang  di atas ini hasil coretan saya, nah cek sajak yang di bawah :)
Tuhan menyetubuhiku tak sedahsyat ketika kau menyetubuhiku di bilik pengakuan dosa gereja ini, Pastor.
Ingatkah kau saat pertama kali tubuh kita bersatu? Pelukanmu, nafasmu, desahmu... Semua tak seperti sekarang lagi.
Liat kan bedanya? Saya masih upik abu. . . .huhuhuhuhu

Eniwei, akun yang saya tunggu2 twitnya selama seminggu muncul malam ini. Eksis lagi jam 10.51 pm. Tapi cuma satu post dan isinya dia lagi gak mau ngomongin apa2 tentang sesuatu. Well. . .ok then. At least dia masih hidup, bisa pegang HP, dan masih bisa ngetik, thanks God. Hehehe

Sudah dulu lah ya, saya mau nge-Energen dulu. Keburu dingin. Yang jelas, malem ini saya hepi banget, dapat masukan untuk memperkaya tulisan, dapat temen baru, dan dia keluar dari persembunyian. What a great night. See ya all. . .muahh :-*

Tuesday, May 3, 2011

Kampret, I Hate You

Ini yang paling saya gak suka. Saya benci kalo mood saya dengan cepetnya jadi acak adul gini. Dan itu gara2 kamu. Saya benci kondisi saya yang seneng banget kalo liat messange dengan nama kamu muncul di layar HP, nanyain hal paling gak penting sekalipun (seperti hari ini, barusan sebelum saya posting tulisan ini). Dan saya bales, dan balesanmu gak saya kira banget isinya, dan DAMN jadi seperti ini kondisi saya. Bad mood total.

Bisa gak sih, kamu, iya kamu, biasa aja gitu? Gak usah bikin saya blingsatan seneng di menit pertama dan nangis bombay di menit selanjutnya. Sumpah saya bener2 benci kondisi kayak gini. Kalo memang sekiranya lagi gak pengen komunikasi sama saya, tolong gak usah hubungin saya. Toh saya udah mulai nyaman dengan hidup saya yg sepi tanpa kamu. Saya mulai nyaman dengan hari yg saya lewati sambil ngangenin kamu tanpa saya perlu nangis.

Kurang puas apa sama waktu khusus yang udah saya sediain buat kamu? Apa masih kurang ribuan jam di tiap malam yang saya pakai buat mikirin kamu? Ngingat kamu? Perlu kamu ganggu saya sore2 gini trus ngrusak hari saya seperti sekarang. Saya benci kamu. Sumpah saya benci.

Tapi kampretnya, bodohnya, selalu ada ruang di hati saya buat kamu. Selalu.
Kampret.

Note : Cinta, faktanya, memang sesuatu yang paling bisa dengan cepat membolak-balik hati kita. Seperti saat seorang anak perempuan dapat kado boneka di hari ulang tahunnya. Dia suka, dibawa main kemana2. Lalu tiba-tiba, bonekanya jatuh, kotor, dia menangis. Dalam beberapa jam saja, cinta dapat membuat seseorang tertawa lalu menangis begitu saja. Itulah cinta. Terima saja.

Monday, May 2, 2011

Pasrah

7 angka tercoret sejak hari itu
menandai hari tanpa warna
tanpa kabar
hanya bisa menunggu
menunggu


terlupakan tapi bodohnya tak bisa melupakan
beginilah akhirnya kalau sudah terlanjur memasung diri


sekali lagi, hanya bisa menunggu
entah untuk awal sesuatu yang baru
atau malah akhir dari segala


hanya bisa menunggu
kepastian yang tak kunjung pasti
menunggu

Apa Mereka Salah?

Mungkin emang gak penting juga sih ngurusin masalah orang, tapi hal ini cukup mengganggu saya belakangan ini. Saya menyadari akhir2 ini makin banyak band2 bermunculan, aliran musiknya monoton (Melayu Total.red), penyanyi hasil youtube, dan sebagainya, dan sebagainya. Menjamurnya fenomena ini ditanggapi dengan berbagai cara oleh masyarakat, tapi mayoritas yang saya tangkap : Kebanyakan Berwujud Penolakan. Penolakan yang cukup ekstrim menurut saya, karena tidak lagi hanya sekedar menolak tapi sudah masuk tahap menghina dan mencerca. Mereka (kaum penolak.red) bahkan memaki dengan kata2 yang kasar hanya untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Menyamakan band2 atau orang2 tersebut dengan binatang, menyebutnya tidak bermutu, lebih baik mati, dan banyak lagi kata2 menyakitkan lainnya.

Inilah yang jadi pertanyaan saya. Apa mereka salah? Apa salah mereka? Apa dengan menyukai aliran musik seperti itu mereka sudah ditandai untuk masuk neraka? Buat saya, perbedaan itu adalah hal yang sangat wajar mengingat kita, di bumi yang seluas ini, hidup dengan bermilyar2 orang yang satupun tidak ada yang sifatnya sama.

Maka inilah pertanyaan saya. Mengapa kita tidak menanggapi perbedaan itu dengan santai? Kalem2 aja gitu. Kalau memang tidak sesuai dengan diri kita, jauhi saja, tidak usah mendekat. Kalaupun pada akhirnya penasaran (sifat dasar manusia untuk selalu ingin tahu) dan ternyata tidak cocok, cukup tau sajalah. Biar kalau diajak ngomong sama teman masalah ginian gak kagok2 amat. Bukankah hal yang seperti ini akan jauh lebih mudah? Dan menyenangkan semua pihak saya rasa.

Mengkritik? Memberi saran? Masukan? OK, saya sepakat bahwa kemampuan seseorang akan semakin berkembang dengan adanya masukan dari orang lain. Tapi, proses memberikan masukan itu pun ada tata caranya juga, bukan? Bahwa kita harus mampu menggunakan diksi dengan tepat, kritik tajam tapi tidak menyakitkan. Menghunjam tapi tidak menghancurkan. Iya, kan?

Jadi, kenapa kita tidak memilih untuk berdamai dengan keadaan? Biarkan mereka berkembang dengan arahan dari orang2 yang berkompeten, dan kalau kita memang mampu, maka buktikan bahwa kita memang bisa memberikan contoh yang baik. Kalau memang handal dalam bermusik maka ciptakanlah musik yang mampu memikat semua orang. Saling menyeimbangkan. Bukankah itu lebih indah? :)

Dariku Untukmu

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…
aku takut sendirian.

*Dengan beberapa penyesuaian, Raditya Dika dalam Kepada Cinta (Gagas Media, 2009)

FOOTBALL : Cinta Mati Sampai Mati

Hohoho postingan tengah malam lagi... :D
Kali ini bahasannya agak beda dibandingin sama yang kemarin2. Saya mau bahas tentang bola. Kenapa? Karena saya suka bola...hahhh *gak jelas banget*
Postingan yang kemarin kan melulu tentang puitis2an, sarkastik, dan seterusnya, dan sebagainya, dan banyak lainnya. Lama-lama eneg juga. Jadilah saya selingi dengan materi yang kayak ginian v^^v

Associazione Sportiva Roma
Awal saya suka bola itu sekitar tahun 2000an. Bakat-bakat suka bola udah keliatan dari dulu sih (Bakat???wew). Gimana nggak, tiap hari saya lebih sering kumpul sama bapak dan mas saya di lapangan daripada bergumul di dapur sama ibu dan bumbu-bumbu dapur. Memang gak dipungkiri saya lebih deket sama bapak, apa-apa harus sama bapak: berangkat sekolah, main game, beli es campur, jalan-jalan (sering ke Pantai Bentar cuma gara2 saya males sekolah), bahkan dulu saya sempat ahli main bola (ingat, DULU). Dikenalin bola udah dari kecil dan mulai jatuh cinta pas Piala Dunia 1998. Inget banget juaranya Perancis. Zidane. :D :D :D

Setelah itu mulailah kegilabolaan saya. Tiap malem minggu pasti beli martabak atau terang bulan atau pukis atau apalah yang bisa dijadiin temen buat begadang, trus nonton liga Calcio Serie A sama Premier League. Mas Wido (abang saya) adalah Juventini (suporter Juventus, Nyonya Tua dari Turin) sejati, sedangkan bapak dukung siapa aja asal menang (ceritanya jadi kutu loncat :p). Saya? Waktu itu sih mirip2 sama bapak, belain tim yang gede dan terkenal biar menang...hehehe

Lama-lama setelah ngamatin 2 liga itu, saya tertarik sama tim serie A, AS ROMA. Giallorossi, Il Lupi. Pas taun itu emang lagi bagus2nya nih tim. Fabio Capello jadi allenatore (arsitek tim), scudetto musim 2000-2001. Alasan saya jadi tifosi tim ini, jujur aja cuma satu, yaitu Vincenzo Montella. Striker yang biasa2 aja menurut sejarahnya selama jadi pemain, nyetak gol juga gak banyak2 amat, jelas kalah pamor sama Francesco Totti, tapi dia pemain yang keren menurut saya dan ganteng hahhahahaha...ok note that, GANTENG. Sampai sekarang saya masih menganggap lumrah alasan ini dengan berkelit, "Toh pada akhirnya saya bener2 jatuh cinta sama bola" :D :D :D Alasan sampingannya sih, biar bisa olok-olokan sama mas soalnya gak asik banget kalau nonton bola gak ada yang diintimidasi (alasan apa cobaaa...xD).

Il Aeroplanino
Dan bla bla bla bla setelah itu saya mulai koleksi segala macem pernak pernik Roma, mulai dari baju (jelas...Montella 9 jadi pilihan), dompet, topi, stiker2, nempel poster roma di kamar (hampir menuhin separuh dinding kamar), dan ibu saya cuma bisa ngurut dada liat anak perempuannya yang gak begitu perempuan menjadi sangat tidak perempuan :D :D Entah kenapa saat itu saya sangat bangga menjadi satu-satunya cewek di sekolah yang tau tentang bola walaupun cuma bisa nyebutin beberapa nama pemain dan itupun nama punggung doank (temen2 cewek di SD saya masih ribut2nya ngomongin Shah Rukh Khan).

Jadilah sampai detik ini saya masih Romanisti, memang tidak segila dulu sampai tempel2 wajah orang di tembok, tapi setidaknya saya selalu mengikuti perkembangan tim kesayangan ini. Nonton pertandingannya dini hari masih saya jabanin, walaupun yaaa kondisinya memang tidak seeuforia dulu. Sedang menurun, tapi saya tetep cinta. Apalagi taun ini, Montella yang ngelatih. Makin semangat lahh... :D Semoga tahun depan bisa lebih baik, masuk Champions lagi, scudetto lagi...hehehe 

Buonasera...ciao :-*

Sunday, May 1, 2011

ACNE : Muncul Karena Stres, Menyebabkan Stres

Berusaha keliatan imut tuh jerawat (_ _")
OK, it's embarassing. Tapi jujur aja gak tau harus cerita ke siapa. Benjolan ini makin membesar... besar...tak terkendali. SHOCK abis. Jerawat ini kayaknya sayang banget sama pipiku. Sampe sempet-sempetnya tumbuh dan berkembang segede itu.

Sebelum-sebelumnya jerawatku gak pernah heboh kayak gini, paling cuma setitik kecil gitu, berapa hari juga ilang. Tapi untuk yang satu ini kayaknya bukan yang biasanya deh. Pendatang baru entah darimana asalnya -____-

Jangan tanya penyebabnya, aku juga gak ngerti. Tapi kayaknya sih karena perubahan hormon dan semacamnya (saya rajin bersihin wajah kok, sumpah V(_ _)V). Emang pas seminggu kemarin mood saya bener2 dibolak balik. Sedih, marah, eneg, kesel, semua muter2 minta giliran. Penyebab utamanya adalah tugas kampus yang gak kelar-kelar selama 2 minggu. Trus pas lagi jablay, si mas lagi konsen sama kerjaannya. Pengen ngegampar, sayangnya kenapa masih cakep aja tuh orang. Jadi gak tega mau ngehajar #eaaaa #lupakan

SO...sepertinya bener-bener harus hilang dari peredaran dulu sampai semua balik seperti semula. *Ngendon di kamar* *Siapin Camilan* *Sewa Film Romance* DON'T DISTURB.

Stay Close

Gambar ini diupload tanggal 26 Februari 2011, gak ngerti jam berapa tepatnya. Tengah malam, pas iseng2 buka Facebook, saya baru tau kalau akhirnya dia menyelesaikan gambar saya. Akhirnya. Dan yang membuat saya sangat surprise adalah hasil akhirnya. Ada dia di dalamnya. Dia menggambarkan dirinya sendiri bersama saya di gambar ini. Dan jujur, gambar ini membuat saya tersenyum sampai keesokan paginya, esoknya, esoknya lagi, dan setiap saya melihat gambar ini :)

Entah apa yang ada di pikirannya saat ber-ide untuk menggambar ini. Apa dia sudah memikirkan resikonya? Karena sungguh buat saya gambar ini seperti sebuah pernyataan. Kepastian untuk kondisi kami. Kondisi rumit yang kami mulai sendiri. Saya secara pribadi menambah keribetannya dengan melibatkan perasaan saya di sana.

Gambar ini saya artikan sebagai bentuk sikapnya. Dia, memperhatikan saya dengan ketidakpeduliannya. Dia, menjaga saya agar tetap nyaman (gak kena butiran salju klo di situ :)) tanpa saya perlu tau. Gak tau juga kalau saya memaknainya dengan salah (seperti biasa). Tapi, ya ini resikonya. Saya dan hati saya, berkembang tanpa bisa dicegah. Dengan adanya gambar ini, saya seperti membenarkan semuanya. Mencari2 alasan pembenaran kenapa dia tidak seperti kebanyakan pria lain. Kenapa dia tidak "normal". Kenapa ketika yang lain bahagia bertemu muka dengan orang yang ingin ditemuinya, dia membiarkan saya tersenyum miris bersamanya lewat dunia maya. Kenapa, ketika yang lain saling menyapa pagi dengan cinta, dia malah terlelap tanpa sepatah kata. Kenapa ketika saya mengharap saya dan dia saling berbalas pesan seperti yang lain, dia malah membiarkan saya memandang layar ponsel sendirian. Tanpa dering pesan datang, hingga saya terbuai lelah dan tertidur.

Saya membenarkan semua ketidaknormalan itu. Bahwa itu hal yang normal kalau dia adalah dia. Itu sangat biasa, oleh karenanya saya yang harus menyesuaikan diri. Menjadi tidak normal terhadap dunia dan ikut menjadi sangat biasa sepertinya.

Catt : ada bagian yg saya hilangkan. bagaimanapun bagian tersebut punya hak cipta. saya rasa bukan hak saya untuk mempublish di blog ini. sekalipun bagian tersebut sah jadi milik saya, sesungguhnya.. :D