Friday, September 9, 2011

Setelah Dua Hari, Saya Menulis Ini.

"Gimana dia? Masih gitu aja kerjanya?"
"Maksudnya?"
"Ya tetep wirausaha"
"Iya, masih. Kenapa memangnya?"
"Ya gak papa, cuma pesen aja. Kalo sayang sama orang jangan 100%, belum tentu jadi. Sekarang mumpung masih ada waktu, pertimbangkan juga calon yg lain. Pilih yang terbaik...Ya gak papa kalo cuma sekarang aja, tapi kalo mau terus ya harus pilih yang mapan, jangan sampai setelah resmi bingung makan apa, susah bayar uang sekolah anak. Jangan serius-serius dulu..."
"Oh iya, Dian piye kabare? Suwe gak mrene"

#jleb

Saya gak tau harus ngomong apa. Memang hubungan kami belum lama, penuh semua hal yang gak jelas. Sering panas sana-sini. Saya pun jujur belum yakin bahwa he's the one, tapi bismillah saya meng-iya-kan seseorang bukan karena kekayaan dan kedudukan duniawi. Saya percaya, bahwa setiap orang memiliki rejekinya masing-masing. Jodohnya sendiri-sendiri. Kalaupun sampai sekarang kami masih bersama, ya memang karena Allah memberi jalannya begini. Gak rata memang; gronjalan di sepanjang jalan. Tapi karena dilewatkan jalan ini, maka saya harus melaluinya.

Gak gampang bagi saya mencapai keyakinan seperti yg saya tulis di atas. Awal-awal hubungan, saya gak yakin bisa berjalan jauh. Dia cueknya naudzubillah -sampai sekarang sih :)- , sedangkan saya orang yg sama sekali gak bisa didiemin. Pikirannya pasti nglantur kemana-mana. Tapi dari dia saya belajar cara bersabar. Belajar cara mengerti; bahwa dunia itu tidak hanya saya. Ada miliaran orang lain dengan sifat dan kelakuan berbeda-beda. Dan saya tidak bisa memaksakan keinginan seenaknya; mengatur harus begini, harus jadi X. Sampai detik ini saya juga masih belajar memahami, karena buat saya dia masih terlalu gelap. Saya juga masih sering mutung sendiri di tengah jalan :D (seperti beberapa hari yg lalu). Tapi saya mau belajar kok, semoga dia bisa percaya. Dan tahu, dan membantu saya :)

7 September 2011. Saya marah-marah sendiri gak jelas. Dia beberapa hari tidak menghubungi saya sama sekali, tapi tiba-tiba sms selamat ulang tahun. 6 September 2011, percakapan di atas sendiri itu terjadi. Saya muntab. Dia mengingat saya 4 hari sekali, apa saya ini mirip jadwal laundry??? Kumat sudah keababilan saya. Setelah dua hari ini saya toh mendingin dengan sendirinya. Dia gak salah (preeetttt... :p), cuek memang sudah bawaan orok. Saya gak punya bargaining position,, hehehehe

Ya. Hubungan kami memang upnormal (bukan abnormal). Tapi yang jelas, saya masih mau menjalani ini. Dengan segala ketidakpastian, penolakan, keterbatasan. Saya yakin pelan-pelan semua akan membaik, yang awalnya negatif berubah positif. Saya masih berkeyakinan begitu.

Y, mungkin kamu gak tau ini. Saya gak bisa cerita blak-blakan urusan ini. Maaf. Tapi saya dukung kamu. Segala usahamu, cita-citamu menciptakan lapangan kerja sendiri. Keluar dari paradigma masyarakat. Jadilah juragan yang tinggal duduk kipas2 seperti yang pernah kamu bilang ke saya. Tapi tanpa istri-istri ya. Satu saja istrinya. OK. :)




Catt : ada bagian yg saya hilangkan. bagaimanapun bagian tersebut punya hak cipta. saya rasa bukan hak saya untuk mempublish di blog ini. sekalipun bagian tersebut sah jadi milik saya, sesungguhnya.. :D

2 comments:

  1. *prnh mengalami suatu keadaan dmna dia dijudge ga bisa berjalan sedang dia optimis mampu berlari* mangkane speechless.. :)

    ReplyDelete
  2. fe : saya sih sebenernya paham maksutnya...kesimpulan dari pembicaraan sepihak itu adalah menginginkan yg terbaik untuk saya. tapi, jadi gak sreg karena penolakannya terlalu jelas.. :D
    kalo begini kan malah makin timbul jiwa pemberontaknya :p

    ReplyDelete

selamat menyematkan opini... :)